Atlit bulutangkis, Tontowi Ahmad, bercerita tentang pengalamannya di PB Djarum. Meskipun masa lalu perusahaan rokok, semua atlet dilarang menyentuh benda-benda ini.
Tontowi kecewa dengan penolakan sidang umum bulutangkis setelah KPAI dan lentera anak-anak menuduh operasi acara tersebut. PB Djarum dianggap telah menggunakan peserta sebagai papan iklan seluler dan memperkenalkan rokok pada tahap awal.
Bahkan, ketika berada di PB Djarum, Tontowi belum pernah melihat perusahaan Kudus yang berusaha mengkampanyekan produknya. Faktanya, PB Djarum berfokus pada pelatihan atlet dan telah melahirkan banyak juara.
“Sejak masa lalu saya, tidak ada masalah dengan rokok, saya menganggap Djarum sebagai badminton, dan di Djarum, atlet dilarang merokok karena mereka dapat dikeluarkan,” katanya. Tontowi.
“Saya (yang sudah berpartisipasi dalam pelatihan nasional) jika merokok dapat dihukum, dia juga harus dikeluarkan, sehingga klub tidak pernah bersikeras bahwa para atlet merokok, mereka melarangnya,” kata peraih medali itu. medali emas di Olimpiade Rio.
Tekanan dari KPAI dan Lentera Anak memaksa PB Djarum untuk menyerah. Klub Kudus telah memutuskan untuk tidak melanjutkan program dengar pendapat umum pada tahun 2020.