(1). Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
وَضَرَبَ ٱللهُ مَثَلٗا قَرۡيَةٗ كَانَتۡ ءَامِنَةٗ مُّطۡمَئِنَّةٗ يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدٗا مِّن كُلِّ مَكَانٖ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللهُ لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu maka Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat” (QS. An-Nahl [16]: 112)
(2). Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
فما أذنب عبد ذنبًا، إلا زالت عنه نعمةً من الله بحسب ذلك الذنب، فإن تاب وراجع، رجعت إليه أو مثلها. وإن أصر، لم ترجع إليه أي النعمة، ولا تزال الذنوب تزيل عنه نعمة حتى تسلب النعم كلها !!
“Tidaklah hamba melakukan sebuah dosa kecuali akan lenyap darinya sebuah kenikmatan dari Allah sesuai dengan besarnya dosa tersebut, jika dia bertaubat dan kembali kepada Allah maka nikmat tersebut atau yang semisal dengannya akan kembali kepadanya. Namun jika dia terus menerus melakukan dosa maka nikmat tersebut tidak akan kembali kepadanya, dan dosa-dosa itu akan terus melenyapkan sebuah kenikmatan dari seorang hamba hingga mencabut semua kenikmatan” (Thariiqul Hijratain hal 271)
من نظر في أحوال أهل عصره، وما أزال الله عنهم من نعمه، وجد ذلك كله من سوء عواقب الذنوب
“Barangsiapa yang memperhatikan keadaan orang-orang yang hidup di masanya dan apa yang Allah telah cabut dari mereka berupa berbagai kenikmatan dari-Nya, maka dia pun akan menjumpai bahwa itu semua akibat buruk dari dosa2” (Badai’ul Fawaid II/206)